Rabu, 12 Februari 2014

KEPEMIMPINAN SITUASIONAL



       Kepemimpinan Situasional
 
Teori kepemimpinan situasional atau the situational leadership theory adalah teori kepemimpinan yang dikembangkan oleh Paul Hersey, penulis buku Situational Leader. Dan Ken Blanchard, pakar dan penulis The Minute Manager, yang kemudian menulis pula buku Management of Organizational Behavior (skarang sudah terbit dalam edisi yang ke-9).
Teori ini pada awalnya diintrodusir sebagai “Life Cycle Theory of Leadership”. Sampai kemudian pada pertengahan 1970an “Life Cycle Theory of Leadership” berganti dengan sebutan “Situational Leadership Theory“. Di akhir 1970an dan awal 1980an, masing-masing penulis mengembangkan teori kepemimpinannya sendiri-sendiri. Hersey – mengembangkan Situational Leadership Model dan Blancard – mengembangkan Situational Leadership Model II.


Pendekatan teori ini lahir karena teori sifat dan pendekatan perilaku tidak banyak memberikan jawaban dalam gaya kepemimpinan. Mengapa demikian ? karena keberhasilan seorang pemimpin tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari dirinya, namun juga variabel-variabel lain, diantaranya adalah visi dan misi organisasi, sifat pekerjaan, lingkungan organisasi serta karakteristik individu yang terlibat dalam organisasi. Pendekatan ini memberikan arti yang cukup banyak bagi pemimpin dalam prakteknya, yaitu dengan memasukan pertimbangan situasi secara keseluruhan dalam rancangan kegiatan.

Sebagai contoh kajian yang dilakukan oleh penulis selama kurun waktu 3(tiga) tahun, tterhadap peserta diklatpim III dalam materi perilaku kepemimpinan dalam organisasi. Dalam kajian tersebut dapat disimpulkan bahwa gaya eksekutif jarang dijumpai dalam pengisian instrument perilaku kepemimpinan (kurang dari 2%). Sedang yang paling banyak dijumpai adalah gaya bureaucrat dan gaya compromiser. Selama kurun waktu era perubahan (reformasi) gaya deserter cukup signifikan. Contoh diatas menunjukan bahwa faktor situasi sangat berpengaruh dalam membentuk gaya kepemimpinan seseorang.
Hal ini disebabkan pemimpin merupakan produk situasi. Teori ini dirumuskan oleh Harsey dan Blanchard (1992-1997) yang merupakan perkembangan terakhir dari kepemimpinan model konsingensi atau fiedler yang dikembangkan oleh PAUL HERSEY dan KENNETH BLANCHARD yang semula disebut Life Cycle Theory.
Penelitian lebih lanjut menunjukan bahwa perilaku kepemimpinan cenderung berbeda-beda dari situasi ke situasi lain. Dalam kepemimpinan situasional pemimpin harus mampu melaksanakan diagnosis dengan baik terhadap situasi yang ada, sehingga pemimpin harus mampu :
1)      Mengubah-ubah perilaku sesuai dengan situasi dan kondisinya.
2)      Memperlakukan bawahan sesuai dengan tingkat kematangannya yang berbeda-beda.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa perilaku kepemimpinan cenderung berbeda-beda dari situasi ke situasi lain. Pola perilaku berbeda-beda disesuaikan dengan situasi dan kondisinya.
Model pendekatan situasional menurut Paul Hersey dan Kenneth Blanchard adalah tergambar sebagai berikut.


Keempat kecenderungan perilaku tersebut merupakan empat macam perilaku dasar kepemimpinan situasi dengan karakteristik sebagai berikut :

1)      Tipe Direktif (Telling)
       Tipe ini lebih menitikberatkan pada komuikasi satu arah, pemimpin membatasi peranan bawahan, menunjukan kepada bawahan apa, kapan, dimana pekerjaan tersebut dilaksanakan. Pemecahan masalah dan pengambilan keputusan menjadi tanggung jawab pimpinan dan disampaikan kepada bawahan. Tipe ini sering disebut juga dengan tipe telling.

2)      Tipe Konsultatif (Selling)
       Pemberian direktif cukup besar serta menetapkan keputusan-keputusan. Komunikasi dua arah, pemimpin mau mendengarkan keluhan-keluhan dari anak buah dalam pengambilan keputusan. Namun keputusan tetap ditangan pimpinan.

3)      Tipe Partisipatif
       Peranan bawahan dan pimpinan dalam pengambilan keputusan seimbang. Komunikasi dua arah, makin ditingkatkan, pemimpin berpendapat bahwa bawahan memiliki kecakapan dan pengetahuan yang cukup untuk menyelesaikan tugas.

4)      Tipe Delegatif
Pemimpin mendiskusikan masalah-masalah yang dihadapi dengan bawahan selanjutnya mendelegasikan pengambilan keputusan kepada bawahannya. Bahkan diberi hak untuk menentukan langkah-langkah bagaimana keputusan dilaksanakan. Bawahan dianggap memiliki kecakapan dan sangat dipercaya.
Diantar keempat tipe tersebut mana yang paling baik? Tipe yang paling baik apabila pemimpin dapat menyesuaikan tipe kepemimpinannya dengan situasi yang dihadapinya. Situasi disini meliputi waktu, tuntutan pekerjaan, kemampuan bawahan, pimpinan, teman sekerja, kemampuan dan harapan-harapan bawahan, tujuan organisasi serta tujuan bawahan. Situasi juga menyangkut tingkat kematangan bawahan. Secara rinci tinggkat kematangan anak buah tersebut digambarkan sebagai berikut :

K. 1     = Tidak mau dan tidak mampu
K. 2     =  Mau tetapi tidak mampu
K.3      = Tidak mau tetapi mampu
K.4      = mau dan mampu

Hubungan antara pemimpin dan tingkat kematangan karyawan menurut teori kepemimpinan situasi adalah sebagai berikut :

Secara singkat hubungan antar perilaku atasan dengan tingkat kematangan bawahan adalah sebagai berikut :

1)    Apabila bawahan berada dalam kematangan tingkat rendah (K.1) Perilaku kepemimpinan yang efektif adalah instruksi (Telling).

2) Pemimpin harus memusatkan perilaku kepada tugas (task oriented) dan bukan mempergunakan. Perilaku banyak berorientasi kepada hubungan kerja (relationship oriented).
       Dengan kata lain pemimpin harus setingkat direktur dan autocratisse didalam menentukan peranan bawahan  serta menentukan sasaran, standard dan prosedur.
       Bawahannya yang tinggkat kedewasaanya sedang (K.2) perilaku kepemimpinannya yang paling efektif ialah konsultasi (selling).

3) Pemimpin harus memusatkan perilakunya kepada tugas (task oriented) dan bukan mempergunakan perilaku yang banyak berorientasi kepada hubungan kerja (relations directive). Dengan kata lain pemimpin harus bersifat autocratic di dalam menentukan sasaran, standard an prosedur.

       Kepemimpinan yang bertipe partisipasi akan cocok diterapkan kepada para bawahan yang tingkat kematangannya bergerak dari tinggkat sedang ke tingkat tinggi (K.3). Dalam tingkat kematangan ini, memberikan arahan kepada bawahan, dan mengatur atau mengorganisasikan pekerjaan sangat diperlukan.

Bawahan yang tingkat kematangannya tinggi (K.4) tipe kepemimpinan yang efektif ialah delegasi. Pemimpin harus memberikan delegasi kepada bawahan untuk memberi keputusan bagaiman tugas-tugas dikerjakan, dan memberikan kesempatan bawahan sedapat mungkin untuk mandiri. Bawahan yang matang, mereka akan termotivasi oleh kebutuhan untuk berprestasi dan memiliki kemampuan untuk mengerjakan tugas tanpa banyak hubungan. Bawahan yang matang merasa percaya diri dan optimis.

PUSTAKA


1) Garry Yukl, Kepemimpinan Dalam Organisasi, Pretise-Hall Inc, 1994.
2) Robert Benfani, PhD, Memahami Gaya Kepemimpinan Anda, LPPM, Jakarta, 1996.
3) Stephen R. Covey, The Pinciple Leadership, Jakarta. 1997
4) Wahyu Suprapti, Kepemimpinan Dalam Organisasi. Bahan Ajar Diklatpim Tingkat III. Lembaga Administrasi Negara, Jakarta. 2001.

5) http://perilakuorganisasi.com/teori-kepemimpinan-situasional.html
 


2 komentar:

  1. Making money from betting on football | WorkTOMAKAY
    › how-to › betting-finance › how-to › betting-finance The odds that you need to place bets to win money from your football bets, but don't have to lay a bet to หารายได้เสริม win the bet. What's the difference kadangpintar between febcasino a winning bet and

    BalasHapus
  2. Casino City Has More Gaming Options
    With casino city reopening, many residents 김제 출장마사지 feel it's a perfect time 김제 출장샵 to try your luck. · 대구광역 출장마사지 Gaming Times · City Manager. 전라북도 출장샵 · Casino 남양주 출장샵 City. · Entertainment

    BalasHapus